In my silent.
Hari itu aku tak tau apa yang terjadi sebelumnya. Aku pergi ke tempat yang biasa kudatangi setiap harinya, bertemu dengan orang yang biasa kutemui tanpa kutemukan prasangka apapun sebelumnya. Hingga tengah hari, aku menerima tuduhan yang aku tak pernah tau darimana datangnya. Aku diam, walaupun dalam hatiku muncul 1001 pertanyaan. Aku tak menyalahkan siapapun, namun pertanyaan itu terus berputar dalam-dalam pada kepalaku.
Ketika kucoba konfirmasi, tak kutemukan jawaban, justru tuduhan lainnya yang tak kusangka datang dari orang yang lagi² tak kusangka akan mengatakannya padaku.
Aku diberi pertanyaan seolah duduk pada kursi pesakitan, diminta untuk mengakui dan memgklarifikasi pada seseorang bahwa aku mengatakan hal itu. Padahal tidak, aku tak pernah mengatakannya.
Kata maaf sudah kuutarakan berkali-kali padanya walau aku tak tau apakah sepenuhnya salahku? Aku pun cukup terluka mendengar semua hal ini. Salahkah aku yang menyembuhkan diri dengan caraku?
Aku memilih untuk menepi, mengadu pada-Nya. Wa kafaa billahu syahidaa. Cukup Allah yang menjadi saksi.
Bukan aku menghindar, aku hanya tak ingin memperparah luka. Keyakinan pada hatiku tak berubah bahwa kebaikan dan ketulusan akan membawa pada kebenaran. Itu saja.
Komentar
Posting Komentar