The Last: was it hard? yes of course

 Hari Selasa, 9 Desember 2020 siapa menyangka bahwa itu hari terakhir disetirin ayah. Pagi hari yang cerah ayah membangunkanku untuk membeli sarapan bubur hangat kesukaannya. Aku bangun dengan langkah malas ketika itu yang aku sesali kenapa aku malas melakukannya andai aku tahu itu saat terakhir pasti akan kumanfaatkan waktu sebaik mungkin dengannya. Lokasi penjual bubur hangat tidak terlalu jauh dari rumah, biasanya kami naik motor tapi entah kenapa ayah meminta untuk pakai mobil saja. Mobil Grand Livina milik ibu, dengan inisial nomor polisi AJ untuk (Ayah Joko). Kegiatan itu berjalan seperti biasa, membeli bubur sesuai dengan request nya: pakai sayur kerecek dan telur bulat. Hari-hari setelahnya juga berjalan seperti biasa, bahkan tanggal 10 Desember yang bertepatan dengan pemilihan kepala daerah dan Ayah masih bisa pergi ke TPS dan berjalan-jalan dengan motor kesayanganku yang kuberinama Valerie yang juga pemberiannya. 

Ayah, andai aku tahu itu saat terakhir bersama Ayah, aku tidak akan meninggalkan sejengkal waktu pun bersamamu. Tak ada perasaan apapun ketika itu, yang ku khawatirkan hanya keluhan sesak Ayah yang tak kunjung membaik. Pagi yang dingin di bulan desember hari ke 12, Seorang anak yang belum cukup kuat dan tidak akan pernah siap yang kala itu berusia 19 tahun kehilangan separuh jiwanya, cinta pertamanya. 

Kini 5 tahun berlalu, tapi aku masih merasakan bahwa ayah selalu duduk di meja kerjanya untuk menggambar sketsa instalasi air untuk proyeknya. Aku juga masih berfikir bahwa ayah sedang melakukan tour gowes sepeda yang menjadi hobi nya akhir-akhir itu, yang selalu kutunggu pulangnya. Nina kecilmu sudah 24 tahun Yah, aku sudah wisuda S2 ekonomi sesuai pintamu (menjadi ekonom seperti ibu). Ayah liatkan? Ayah bangga tidak yah dengan Nina? Harus bangga ya Yah.. Nina sekarang udah bisa nyetir bahkan jarak jauh dan antar kota antar provinsi. Nina sudah besar Yah, walau tetap saja terkadang masih sering menangis and i know you know it. 

Aku tau kau membenci air mataku, seperti yang selalu kau katakan padaku. Tapi aku sekarang jauh lebih kuat lho Yah, maafkan kadang masih sering bandel dan mungkin bikin ibu pusing. Kadang orang menyalahkan Nina Yah, menyalahkan bagaimana cara Nina untuk menjadi kuat pada sisa semangat. Tak apa, mungkin mereka belum tahu saja bagaimana rasanya menjadi Nina kala itu yang kehilangan ayahnya. Ayah, kalau Nina punya pacar, jangan diomelin ya Yah, Ayah juga jangan cemburu, kan ayah tetap cinta pertama Nina... Dia baik kok Yah... kapan-kapan Nina ajak ke tempat Ayah. Mungkin Ayah tidak akan menjabat tangannya di walimatul ursy nanti, tapi Nina percaya Ayah pasti meridhoi pilihan Nina. 

I love u Yah 

Always. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berpriviladge? Dilarang Speak Up.

Tidak Semua Harus digenggam

POEM : Kau ingin apa?