Pada Sebuah Perjalanan

 Hai.

Apa kabar? Aku berdoa semoga kalian semua dalam keadaan baik dan sehat (: 

Jujur aku bingung bagaimana aku harus memberi intro pada tulisanku kali ini. Mungkin aku akan menuliskannya sesuai dengan bagaimana pikiranku akan berjalan. Jadi, cerita ini berawal dari moment ketika aku pertama kali pulang ke Jogja (dari Solo) sendirian. Perjalanan Jogja-Solo sangat tidak asing bagiku dan mungkin aku sudah mengalaminya ratusan kali karena kebetulan keluarga besarku menetap di Solo lebih tepatnya di Sukoharjo. Sesuatu yang berbeda kali ini adalah, aku pergi seorang diri. 

Pada saat itu ada suatu acara mendesakku untuk segera pulang ke Jogja pada pagi hari yang padahal menurut rencana aku dan keluarga ku akan pulang pada sore harinya karena, masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan. Tapi aku bersikeras memaksa untuk pulang pada pagi hari. Ayah mengantarku ke stasiun waktu itu kalau tidak salah umurku 17 tahun dan masih awam ilmu tentang moda transportasi umum. Sesampainya di stasiun, aku kehabisan tiket kereta untuk ke Jogja dan dengan sedikit waktu yang tersisa akhirnya aku diantar ke Terminal Tirtonadi Solo yang berarti aku mau tidak mau harus naik bis. Melihat laju bis dijalan saja aku sudah pusing, apalagi aku harus naik bis dan ini pertama kalinya aku sendirian naik bis. Ayah hanya berpesan padaku , nanti kalau ada tulisan tujuan Yogyakarta kamu ikut aja. Oke aku menurut. 

Sesampainya di dalam terminal dengan kondisi sangat ramai karena kebetulan itu habis lebaran. Aku mendengar suara "Arah Jogja" okei aku masuklah dan mengikuti orang-orang yang juga naik kedalam suatu bis. Sesampainya di dalam bis tersebut aku duduk sambil sedikit mengumpat dalam hati. Ah sial! aku salah naik bis. Seharusnya aku naik bis yang ber merk "M*ra atau Ek*" karena ber AC dan tidak ng tem disembarang tempat. Okelah anggap saja ini pengalaman. Bis melaju keluar dari terminal dan penumpang di belakangku sudah mulai mengeluarkan sebotol minyak angin dan tas kresek yang itu pertanda sebentar lagi dia akan ..... mabuk darat (: . Aku kembali menyialkan saat saat itu. Sebagai informasi waktu itu aku masih anak SMA dengan ego dan pikiran yang sangat keras dan sangat idealis. 

Beberapa saat kemudian ada seorang ibu dengan anak perempuan dengan usia sekitar 2 tahunan duduk di sebrang kursi penumpangku. Ibu itu menawarkan permen jajanan anaknya kepada ku dan karena aku takut akhirnya aku tolak dengan halus. Tidak lama kemudian ibu itu membuka pembicaraan denganku dengan bertanya "mbaknya kuliah atau masih sekolah?'. Obrolan kita pun berlanjut dan anak perempuan itu tertidur dipangkuan ibunya. Ibu itu masih muda mungkin usianya belum ada 45 tahun. Beliau cerita bahwa anak sulungnya berusia sama denganku dan ternyata suaminya baru saja meninggal karena kecelakaan kerja di Sumatera. Aku memandang anak kecil yang terlelap dipangkuan ibunya. Rasa iba ku muncul, anak sekecil itu telah kehilangan seorang bapak. Ibu itu terus cerita padaku tentang kisah hidupnya yang lain. Beliau juga mengatakan mungkin tidak bisa menguliahkan anaknya yang sulung karena ketiadaan biaya. Saat itu aku merasa "tertampar" dan tersadar bahwa aku sangatlah beruntung karena aku mempunyai banyak kesempatan yang tidak dimiliki oleh oranglain. Pada sebuah perjalan itu memanglah Kota Jogja tujuanku tapi ada yang lebih berharga yaitu terciptalah kesadaran dan sebuah alasan untuk aku untuk menjadi seseorang yang lebih bersyukur. 

Terdapat satu lagi perjalanan yang telah aku lewati. Perjalanan berharga. Sebuah proses yang membawaku pada detik ini. Ketika aku kelas 6 SD hingga aku kelas 1 SMA aku bercita-cita untuk menjadi seorang dokter gigi. Karena aku menganggap profesi tersebut sangatlah keren. Seseorang dengan jas putih menolong dan mengobati gigi oranglain. Percayalah sakit gigi merupakan salah satu siksa dunia yang berat. Ketika aku kelas 1 SMA bertemulah aku dengan pelajaran biologi, kimia, dan fisika. Baru satu minggu sekolah rasanya aku ingin berhenti sekolah saja. Aku kesulitan belajar dan aku sadari bahwa disitulah aku tidak menemukan passionku. Dalam waktu singkat dan entah kenapa aku sangat suka pada pelajaran non-ipa seperti sejarah, ekonomi, dan bahasa inggris, tapi tidak untuk penjasorkes 😂 aku berniat untuk pindah saja ke kelas IPS tapi tentu saja ayah dan ibu tidak menyetujui. Aku mengeluh sepanjang pelajaran karena aku benar-benar tak mengerti. Tapi aku bertahan dan berharap ini akan perjalanan ini akan segera usai. 

Dari sebuah perjalanan itu aku menyadari bahwa perjalanan itu membawa ku untuk tidak menjadi seorang dokter gigi. Dari salah dua cerita perjalananku aku akhirnya menyimpulkan bahwa pada sebuah perjalananlah sesuatu itu lahir dan memulai. Sebuah perjalanan lah yang mengantarkan kita untuk mencapai tujuan. Sering aku merasa menjadi seseorang yang sangat idealis dan lupa berpijak bahwa kitapun harus realistis. Pada sebuah perjalanan lah proses itu hadir entah dia akan membawa pada tujuan kita atau merubah tujuan kita. Perjalanan juga yang membuat kita harus memilih menjadi berbeda dengan oranglain atau melakukan pilihan yang sama atau bahkan memaksakan sama dengan pilihan oranglain. That's all is up to you. Pada sebuah perjalanan juga kita juga bisa melihat sisi diri kita dari sudut pandang berbeda dan menemukan fakta-fakta lain yang belum pernah kita  tahu sebelumnya. 


Saat ini aku sedang berada pada sebuah perjalanan. Entah perjalanan ini akan membawaku pada sebuah tujuan awal ataukah tiba-tiba berbelok arah. Masih menjadi misteri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berpriviladge? Dilarang Speak Up.

Tidak Semua Harus digenggam

POEM : Kau ingin apa?