Ketika Nur Mencari Cahaya
Mungkin , kalian bingung kenapa judulnya Ketika Nur Mencari Cahaya. Kenapa harus Nur mencari cahaya bukankah Nur sendiri artinya sudah cahaya? Alasannya kenapa Nur, tidak lain dan tidak bukan. Soalnya ibuku namanya Nur hehe 😅.
Sejak kecil aku selalu berpikir bahwa aku adalah anak yang paling beruntung di dunia. Aku merasakan banyak sekali keberuntungan yang kudapatkan sedari aku lahir dulu, kalau kata orang Jawa "wong bejo". Apapun keadaanya aku selalu merasa aku berada pada situasi yang beruntung baik itu susah maupun senang, pasti ada secuil hal walau sedikit tapi aku yakin pasti ada yang bisa disyukuri.
Aku lahir di keluarga yang seiman dan beragama. Tak susah bagiku untuk mendapatkan pendidikan agama dari kedua orangtuaku. Aku bersekolah di sekolah Islam dari TK sampai SMP yang membuatku mendapatkan pelajaran agama yang lumayan. Walau banyak yang bilang pelajaran agama dari sekolah saja tidak cukup dan tidak menjamin. Well, semua bergantung pada pribadi masing-masing.
Ibu dan alm. Ayah pernah cerita perjuangan mereka untuk bisa belajar agama dan bisa ngaji sangatlah tidak mudah. Karena kebetulan alm.ayah dan ibu adalah teman masa kecil jadi, mereka mengalami hal yang tak jauh beda satu sama lain. Ketika itu ibu cerita, waktu ibu kecil mau belajar ngaji harus naik sepeda berdua boncengan sama kakak sepupunya yang aku panggil Budhe Marni. Jarak ke masjid nya lumayan jauh. Tidak hanya itu mereka harus benar-benar selektif karena pada jaman itu banyak aliran agama yang dirasa kurang tepat dan kurang rasional. Ibu bersama budhe marni berberapa kali berpindah-pindah masjid untuk memperoleh ilmu agama yang kala itu susah didapatkan. Begitu juga alm.Ayah kata beliau dulu kalo belajar ngaji guru nya galak dan tidak segan untuk memukul santri nya.
Ada suatu cerita, ketika itu Ibu sedang berusaha menghafal surat-surat pendek dan memperlancar bacaan Al-qur'an nya. Ketika itu usianya sudah dewasa, hal itu dilakukannya ketika sedang mengandungku. Ia bertekad , ketika anak kedua nya (alias aku) lahir beliau harus sudah lancar untuk membaca Al-qur'an.
Alhamdulillah, aku merasa sangat beruntung sekali mendapatkan ilmu Al-qur'an sejak aku kecil bahkan aku sudah bisa mengaji sejak aku SD. Tapi, nikmat yang paling Indah yang aku rasakan adalah aku sudah mengenal islam sejak aku hadir di dunia ini. Aku tidak perlu bersusah payah mencari guru agama seperti alm. Ayah, ibu, dan Budhe Marni. Alhamdulillah.
MashaAllah Tabarakallah
Komentar
Posting Komentar