Sejenak Melintasi Jalanan Kota Solo

    Hari itu sengaja aku melintasi jalanan yang seharusnya akulewati ketika pergi ke kampus. Ketika berangkat aku memilih untuk lewat rute Bendosari- Bekonang- Palur- Jebres yang biasa aku lewati ketika aku berangkat ke kampus karena jarak yang terbilang lebih cepat dan singkat. Yah, walaupun aku harus berteman dengan truk ataupun bis besar disana.
    Aku menikmati perjalanan bersama Valerie motor kesayanganku yang baru saja mandi. Aku yakin Valerie pasti juga merindukan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan. Semenjak korona datang kehidupanku berubah hampir total, yang biasanya aku harus berangkat dari rumah eyang ke kampus kini harus menatap layar laptop yang berisi wajah teman-teman dan dosen. Sebenarnya aku benci untuk melakukan kuliah daring karena materinya lebih susah ditangkap. Aku berdoa semoga semua cepat usai.
    Diperjalanan rasanya aku seperti pertama kali melewati jalan itu. Perasaan membawaku pada kenangan 1 tahun silam ketika aku menjadi mahasiswa baru dan sedang berusaha menghafal jalanan daerah yang sedikit asing karena aku merupakan orang pendatang. Aku harus kembali jeli untuk melihat lubang jalanan yang kemungkinan bertambah sejak terakhir kali aku melintasinya. Hari itu jalanan cukup bersahabat tak terlalu ramai dan cukup lancar. 
    Setelah beberapa saat sampailah aku pada gerbang "selamat jalan kabupaten karanganyar". Loh kok sudah sampai karanganyar?! yah begitulah aku setiap akan berangkat ke kampus demi mengejar mimpi aku harus melewati 2 kabupaten untuk mencapai kota solo dari Sukoharjo-Karanganyar- baru kemudian Kota Solo. Jauh ga sih nin? ya tentu saja kurang lebih 16 km sekali jalan dan berati hampir 40 km pergi-pulang tapi tak apa aku menikmati nya. Gerbang selamat tinggal Kabupaten Karanganyar pun sudah terlewati kemudian munculah tulisan kota solo. Ada perasaan haru ketika melihat tulisan tersebut, aku rasa valerie pun demikian. Setelah 6 bulan lamanya akhirnya aku kembali kesana walau sesaat.
    Aku melewati gerbang kampus belakang UNS yang terkunci rasanya kembali kurasakan keharuan yang mungkin memang terlihat alay dimata orang lain ataupun kalian yang membaca tapi yakinlah aku benar-benar merasakannya. 
    Ketika aku akan pulang aku memilih untuk melewati kota bukan lewat jalur berangkat walaupun lebih jauh tapi aku hanya ingin menengoknya barang sebentar saja. Kota solo tak banyak berubah, kesadaran orang akan wabah covid pun terlihat, banyak orang yang memakai masker. Jalananya pun telah tertambal di beberapa lubang yang dulu kuingat namun beberapa juga menimbulkan lubang baru yang tak pernah diharapkan.
    Aku benar-benar merundukan kota ini dan kurasa aku telah mencintainya pula. Aku memang tak lahir dan besar disini. Tapi Solo mendewasakanku dan membuatku sadar apa arti hidup yang sesungguhnya. Karena di Solo-lah Nina benar-benar belajar untuk menjadi dewasa dan mandiri.
Terimakasih Solo atas sambutan dan rangkulan hangatmu aku berharap virus jahat ini segera berakhir sehingga aku bisa kembali melewati jalanan-mu yang menjadi saksi atas perjuangan mimpi ku. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berpriviladge? Dilarang Speak Up.

Tidak Semua Harus digenggam

POEM : Kau ingin apa?