Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

Akan dikenang Sebagai Apa?

Aku mungkin tak akan lama, berada pada bumi yang menjanjikan mimpi indah. Perjanjianku dengan Allah, sebelum akhirnya aku menghirup oksigen dan memulai perjalanan. Tidak selamanya, karena perlahan aku akan sendiri berjuang.  Lantas... kepergianku nanti akan dikenang sebagai apa?  Seperti apa aku akan dikenang oleh orangtuaku?  Seperti apa aku akan dikenang oleh kakak ku?  Seperti apa aku akan dikenang oleh sahabat dan teman-temanku?  Ibu, gambaran kuat Dewi Suhita melekat pada dirimu. Kuat dan Bijak. Aku berharap, pada semua perjalanan akan membawamu pada keselamatan.  Ayah, kepergianmu cukup memporak porandakan duniaku. Separuh hidupku bagai luruh pada aliran air yang bermuara pada lautan, ini arahnya kemana Ayah?  Kakak, kau akan lama disini. Langkahmu akan panjang dan pengabdianmu akan bermanfaat bagi sekeliling.  Kepada sahabatku, kau tau siapa yang aku maksudkan. Tanpaku, kau akan tetap baik-baik saja. Kau akan tetap berjalan walau tanpaku ya...

Perjalanan

Perjalanan panjang yang akan membawa langkah kaki untuk terus berpindah. Gadis kecil dengan segudang mimpi nya kembali menggeliat dan melangkahkan badannya. Janjinya pada sang Ayah, untuk menimba ilmu sampai tidak ada lagi tingkatan di atasnya. Namun, pada dasarnya dia akan terus belajar sampai waktunya habis.  Iqra, bacalah, begitulah perintahnya. Satu ayat yang menentukan mimpi dalam dirinya yang menerjang badai dalam diam. Terkadang ia tak sekuat itu, menangis, mengeluh, jatuh, limbung, dan hampir putus asa sudah menjadi bagian sehari-harinya. Dia juga masih sering merindukan Ayahnya, seseorang yang selalu ia anggap mampu menghalau gelisah dalam hatinya. Dua tahap sudah berhasil ia lewati, dan gadis kecil itu akan terus berjalan, ia akan terbang diatas badai orang-orang yang meremehkannya.  Hati-hati di jalan, semoga dalam diam mu akan menepis hujan pada pipi merahmu. 

In my silent.

 Hari itu aku tak tau apa yang terjadi sebelumnya. Aku pergi ke tempat yang biasa kudatangi setiap harinya, bertemu dengan orang yang biasa kutemui tanpa kutemukan prasangka apapun sebelumnya. Hingga tengah hari, aku menerima tuduhan yang aku tak pernah tau darimana datangnya. Aku diam, walaupun dalam hatiku muncul 1001 pertanyaan. Aku tak menyalahkan siapapun, namun pertanyaan itu terus berputar dalam-dalam pada kepalaku.  Ketika kucoba konfirmasi, tak kutemukan jawaban, justru tuduhan lainnya yang tak kusangka datang dari orang yang lagi² tak kusangka akan mengatakannya padaku.  Aku diberi pertanyaan seolah duduk pada kursi pesakitan, diminta untuk mengakui dan memgklarifikasi pada seseorang bahwa aku mengatakan hal itu. Padahal tidak, aku tak pernah mengatakannya.  Kata maaf sudah kuutarakan berkali-kali padanya walau aku tak tau apakah sepenuhnya salahku? Aku pun cukup terluka mendengar semua hal ini. Salahkah aku yang menyembuhkan diri dengan caraku?  Aku m...

Brangkas Rahasia

Bahwa kebahagiaan merupakan tanggungjawab masing-masing pribadi terhadap dirinya sendiri. Menceritakan apa yang kita rasakan bisa jadi bukan merupakan cara untuk menyelesaikan masalah, justru malah membuat luka nya semakin dalam. Banyak hal dalam hidup yang aku tak mampu ungkapkan pada siapapun, pernah ketika itu aku mengungkapkannya tapi yang terjadi ternyata malah memperkeruh perasaanku sendiri. Aku memaknai diri dan perasaanku sebagai brangkas rahasia, yang aku tak mau mengungkapkannya pada siapapun. Jika memang perbuatan orang lain menyakiti hatiku, biarlah itu menjadi urusanku, dan pilihanku untuk membuat hatiku sakit ataupun tidak. Namun, ketika perbuatanku menyakiti oranglain, aku hanya bisa meminta maaf atas apa yang terjadi baik di dalam maupun di luar kendaliku.  Beberapa kali aku menyalahkan diriku sendiri, entah pada apa yang terjadi ataupun apa yang telah terjadi. Tidak paham dan menjadi paham bahwa terkadang maksud baik tak selalu berujung dengan baik. Aku mencoba bel...