Berpriviladge? Dilarang Speak Up.
Terlahir dengan priviladge dan jadi anak yang provider kadang bikin aku sadar: aku juga punya keterbatasan—yang sebenernya, kalau dipikir-pikir, nggak perlu juga terlalu dipusingin. Tumbuh dan besar dalam stigma “kamu kan berkecukupan dan berpriviladge” bikin orang-orang mikir aku bisa dapetin apa aja yang aku mau. Salah? Ya enggak juga. Aku bersyukur, banget malah. Alhamdulillah. Tapi aku juga ngerti, manusia tuh emang suka susah nerima kalau orang lain punya sesuatu yang nggak mereka punya. Dari kecil aku udah dibiasain hidup teratur, khususnya soal akademik dan agama. Jadwal padat merayap—les sana-sini, ekstrakurikuler full sejak TK. Kalau dihitung-hitung, aku literally nggak pernah stop sekolah dari umur 3 tahun (playgroup) sampai sekarang umur 24. Semua itu bentuk tanggung jawab orang tuaku buat nyediain fasilitas terbaik. Dan aku yakin, hampir semua orang tua juga pasti pengen ngelakuin hal yang sama buat anak-anaknya. Dulu aku pikir semua itu hal biasa. Tapi ternyata, kata ...